Bima Rafsanjani Rafid. (Ist) |
MALANG, JatimTerkini.id - Bima Rafsanjani Rafid, mahasiswa dari Departemen Sosiologi FISIP Universitas Brawijaya (UB), baru berusia 21 tahun ketika ia terpilih sebagai anggota DPRD Jawa Timur (Jatim) periode 2024-2029 dalam Pemilu 2024 yang baru-baru ini berlangsung.
Dengan usia yang masih muda, Bima Rafsanjani akan menjadi salah satu anggota termuda di DPRD Jatim. "Saya menjadi anggota termuda di DPRD Jatim, memang benar," katanya pada Jumat (5/4/2024), seperti yang dilaporkan oleh PrasetyaOnline.
Bima mengikuti kontes pemilihan legislatif 2024 melalui Partai Gerindra, bertanding di Dapil 4 Jatim yang mencakup Banyuwangi, Bondowoso, dan Situbondo. Meskipun baru pertama kali terlibat dalam politik, Bima berhasil meraih 78.656 suara.
"Saya jujur mengatakan bahwa jumlah suara yang saya peroleh melebihi ekspektasi saya. Saya sebenarnya memperkirakan jumlahnya akan lebih rendah," ungkap mahasiswa FISIP Angkatan 2020 ini.
Menurut Bima, keberhasilannya ini berarti ia berhasil mengalahkan salah satu petahana yang sebelumnya menjabat sebagai anggota DPRD Jatim periode 2019-2014. Ia juga mengakui bahwa usia muda menjadi faktor yang memudahkan dirinya untuk terhubung dengan pemilih.
"Dari sembilan kursi di dapil Jatim 4, delapan di antaranya berhasil dikuasai oleh petahana. Saya berhasil mengalahkan salah satu petahana lainnya," tambahnya.
Bima melihat bahwa pemilih ingin melihat adanya inovasi dan visi misi baru dari para calon yang mereka pilih. Oleh karena itu, keberadaan seorang kandidat muda dengan pemikiran sejalan dan visi yang jelas memiliki daya tarik tersendiri.
Secara keluarga, Bima Rafsanjani tumbuh dalam lingkungan politik. Ayahnya, Ir Sumail Abdullah, juga terpilih sebagai anggota DPR RI untuk periode 2024-2029.
Meski demikian, Bima menegaskan bahwa bukan faktor keturunan yang menjadi alasan utamanya untuk terlibat dalam dunia politik, tetapi karena kepeduliannya terhadap demokrasi di Indonesia. Ia juga mencatat bahwa semakin banyak anak muda yang tertarik untuk terlibat dalam dunia politik.
"Dengan melihat demografi saat ini, dimana 60 persen pemilih berasal dari Generasi Z dan milenial, tidak mengherankan jika banyak partai politik yang merekrut anak muda. Itulah sebabnya saya tertarik untuk mendaftar sebagai calon legislatif," lanjut Bima.
Meskipun masih baru dalam dunia politik, Bima memiliki keberanian untuk maju dalam kontes DPRD Jatim, meskipun ia menyadari bahwa tugasnya akan sangat menantang, terutama dalam mewakili wilayah yang luas.
"Saya memang seorang pemula jika berbicara tentang kontes di tingkat kabupaten/kota. Namun, jika terpilih, saya akan mewakili tidak hanya 2 atau 5 kecamatan, tetapi juga tiga kabupaten besar yaitu Banyuwangi, Bondowoso, dan Situbondo," ungkapnya.
Bima menegaskan bahwa ilmu yang ia peroleh dari Departemen Sosiologi menjadi modal berharga dalam perjalanannya sebagai seorang calon legislatif. Selama ini, ia belajar bagaimana berinteraksi dengan masyarakat, membangun hubungan yang erat dengan mereka, dan mendapatkan kepercayaan dari mereka.
"Saya belajar bagaimana cara berinteraksi dengan berbagai kelompok masyarakat yang memiliki perbedaan agama, keyakinan, budaya, dan latar belakang, dan dari situlah saya memperoleh pengetahuan dan pemahaman selama berkuliah di Sosiologi UB," tambahnya.
Bima mengucapkan terima kasih kepada Departemen Sosiologi dan FISIP UB atas dukungan selama proses kampanyenya. Beberapa saran dari dosen dan rekan-rekan mahasiswa selama proses kampanye juga membantu ia untuk mencapai keberhasilan ini.
Keberhasilan Bima dalam meraih satu kursi di DPRD Jatim tentu memberinya pelajaran yang berharga bagi mahasiswa FISIP lainnya yang juga berminat untuk terjun ke dunia politik. Menurutnya, salah satu kunci kesuksesan adalah memiliki mental yang kuat dan berinvestasi dalam hubungan sosial.
"Investasi sosial sangat penting, karena itu membantu kita untuk lebih dikenal dan memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat. Dengan investasi sosial yang saya lakukan, saya berhasil memenangkan kepercayaan untuk mewakili rakyat di tingkat provinsi," jelasnya.
Oleh karena itu, Bima mendorong mahasiswa FISIP untuk tidak ragu-ragu dalam memasuki arena politik. Menurutnya, dengan pengetahuan yang didapat dari lingkungan akademis, para intelektual dapat menjadi pemimpin yang berkualitas, sehingga demokrasi di Indonesia dapat berkembang ke arah yang lebih baik.
"Kita dapat bersama-sama menciptakan pendidikan politik yang lebih bermakna dan menginspirasi, bukan hanya dari segi retorika semata. Karena masyarakat mengharapkan adanya pemimpin yang berkualitas, berwawasan, dan berpandangan ke masa depan," tutupnya.